Posts Tagged ‘Sebuah

18
Feb
14

ISTRI YANG LEMOT

Ini adalah kisah nyata diambil dari Renungan : “Jagalah hatimu” Amsal 3:24

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Ayub 15:12

Mengapa engkau dihanyutkan oleh perasaan hatimu dan mengapa matamu menyala-nyala. Amsal 6:25. Janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh bulu matanya.

Dalam sebuah keluarga hiduplah sepasang Suami-Istri, Pak Pendeta dan Ibu pendeta dan anak-anak tercinta di suatu desa terpencil. Sekian lamanya mereka kelihatan hidup tentram dan bahagia, sehingga tak terasa sudah sekian tahun mereka mengarungi bahtera rumah tangga, sifat dan karakter si suami sudah tak asing lagi buat si istri. Begitu pula halnya sang suami, sifat dan karakter istrinya sudah melekat erat dalam dirinya. Si suami merasa bersyukur sekali memiliki istri seorang pendeta dan si istri juga sangat bersyukur sekali punya suami seorang pendeta pula.

Suatu hari mereka diundang dari gereja resort untuk mengikuti dan bertanding koor di konser terbesar gereja-gereja di Bandung yang dikuti oleh para pendeta-pendeta seluruh gereja. Dan disediakan jemputan bagi daerah-daerah yang jauh (terpencil) dengan bus besar, dengan syarat, untuk daerah B harus menunggu jam sekian, di simpang B, dengan catatan siapa yang terlambat akan ditinggal, karena bus akan melaju dengan cepat. Dan kebetulan untuk daerah Pak Pendeta harus menunggu tepat jam 4 sore di simpang A karena acara akan dimulai jam 7 malam.

Demikianlah mereka saling mempersiapkan diri dari pagi, mulai dari baju, sepatu, tas, dasi, dan perlengkapan lainnya, sempat terbersit dalam pikiran si suami bahwa istrinya seorang yang lelet (lambat) apalagi soal berdandan bisa sampai berjam-jam lamanya. Dan suaminya berkata kepada istrinya, “Ma, ingat kita harus berangkat jam setengah 4, karena busnya akan datang jam 4, mama harus persiapkan semuanya, kalau perlu ke salon, mbok ya sekarang aja, biar ndak telat. Tapi sang istri dengan manis dan bangganya berkata, ndak perlu ke salon, wong dari dulu mama dandanan sendiri, kok papa ndak tau sih??? Sambil senyum-senyum sang suami menjawab, bukan begitu mam, maksudnya supaya kamu kelihatan lebih cantik dikit, beda dari yang sebelum-sebelumnya, inikan acara besar, apalagi nanti kita para pendeta duduknya paling depan jadi ndak malu-maluin, gitu lho! Mana tau pula kita menang!

Jawab si istri dengan ketus, jadi maksud kamu, selama ini gue ndak cantik! Jadi selama ini kamu bohong, dulu sebelum nikah bilangnya aku tercantik, seksi, jadi kamu nyesel kawin sama aku! Si suami kembali menjawab udah deh ma, aku ndak mau berantem, inget ma kita kan pendeta udah lahir baru lagi….

Chik. ..chik… chik..singkat cerita tibalah waktunya mereka harus berangkat, jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore, Pak Pendeta sudah bersiap-siap dan kelihatan gagah dengan jasnya, tapi alangkah terkejutnya dia ketika masuk kamar, istrinya baru berpakaian, belum lagi dandan, nyisir rambut dan sebagainya.

Suaminya berkata dengan sedikit marah, dia berkata, mama cepetan kita hampir terlambat!

Istrinya menjawab: sebentar pa, 5 menit lagi pasti kelar, gue kan perlu sanggulan lagi.

Suaminya berkata lagi: apa? Sanggulan lagi? Ndak perlu pake sanggul-sanggulan lah…

Istrinya menjawab : tapi biar keliatan cantik & beda dong??? Lagian telat-telat dikit ndak apalah paling juga busnya jam karetan, jam Indonesia kan molor-molor setengah jam….

Dengan kesal suaminya menjawab, sambil keluar kamar dan berteriak : memang kamu dari dulu lelet, lambat, ndak pernah berubah, dari dulu ampe sekarang!

Si istri menjawab dengan berteriak pula, “baguslah, Tuhan Yesus aja ndak pernah berubah, dari dulu sekarang dan selamanya tau!

Demikianlah mereka keluar rumah jam setengah lima sore, di perjalanan si suami terus mengomel dengan istrinya..”kita pasti deh terlambat, dasar lelet….. lelet… lambat… lambat..akhirnya mereka sampai di simpang… 5 menit…. 10 menit mereka menunggu, tetapi bus tetap ndak nonggol-nongol…. ..”si suami sambil kesal dan marah berkata…”pasti busnya sudah berangkat, ini semua gara-gara kamu…..makanya jadi orang jangan lambat tau!”

Dengan tak ragu lagi Pak Pendeta pergi ke Wartel terdekat untuk menelpon ke kantor pusat pelayanan bus yang tertera di denah undangan konser itu. Ternyata bus yang akan menjemput mereka sudah berangkat setengah jam yang lalu, dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju kota Bandung. Putuslah harapan Pak Pendeta, begitu marahnya dia sehingga dia hanya diam saja seolah enggan untuk berbicara kepada istrinya. Istrinya mencoba menghibur suaminya dan berkata, Pa, sabar aja, kita tetap doa mudah-mudahan ada mobil atau bus yang menuju ke Bandung, kita pasti belum terlambat. Sambil tetap menunggu, si istri tetap berdoa, Tuhan gimana ini, kami mau memujiMu berikanlah transportasi yang terbaik, kami tetap menunggu di simpang ini Tuhan, ampuni segala dosa kami….belum sempat Si Istri mengucapkan Amin, tiba-tiba suaminya berteriak, Ma, cepetan Ma itu ada bus yang hendak ke Bandung, katanya mereka mau ikutan tanding koor juga di konser itu. Secepat kilat Si Istri berkata dalam hati …..terima kasih Tuhan….Amin…..

Lalu mereka naik ke bus itu dan sambil berbincang-bincang, rupanya rombongan yang ada di bus ini juga ikut bertanding dalam koor nanti dari rombongan gereja lain di dekat desa mereka. Mereka mengaku bahwa mereka juga terlambat karena harus menunggu antrian lama di pom bensin. Tiba-tiba mereka dikejutkan dalam satu berita dipembicaraan telpon supir bus di depan.

Lalu supir itu berkata kepada para penumpang, Bus No. 412 yang berangkat ke Bandung jam 4 tadi mengalami kecelakaan jatuh ke jurang yang curam, belum diketahui berapa yang tewas dan berapa yang selamat, tapi menurut beritanya, bus dalam keadaan mengenaskan. Pak Pendeta dengan tercenggang dan berkata kepada istrinya…. .”Ma, itu kan bus yang akan kita tumpangi tadi….. kok bisa ya???? Si Istri dengan sedikit kurang percaya melihat kembali undangan itu, ternyata memang benar No. 412. Dan berkata kepada suaminya: “Untung pa, kita telat, kalo ndak udah tewas”. Tidak pikir panjang lagi, Pak Pendeta langsung merangkul istrinya dengan lembut, seakan dia tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya seumur hidup.

Dalam hatinya ia berdoa, Tuhan terima kasih, Engkau masih mengizinkan kami untuk bersama dalam hidup ini, masih sempat lagi untuk memujiMu, terima kasih telah memberikan istri yang terbaik bagiku, terima kasih telah memberikan istri yang lelet kepadaku, aku bersyukur segala sesuatunya telah Engkau atur, segala sesuatu yang terjadi untuk mendatangkan kebaikan, terima kasih telah membuka mataku, aku akan menjaga hatiku kemanapun aku pergi, aku tak akan menodainya, aku tak akan menyakitinya, aku tak akan meminta lebih… lebih …lebih Tuhan…. terima kasih telah memberikan istri yang sepadan bagiku…… Amin. Pesan Pak Pendeta : kepada mereka yang belum memiliki pasangan hidup dan yang sedang mencari pasangan hidup,

  1. Cari dan mintalah kepada Tuhan pasangan yang SEPADAN, bukan untuk menjadi sama sepertimu, tapi untuk saling melengkapi. Walaupun kita sudah memilih yang banyak persamaan maka setelah menikah dengan segera, banyak orang menyadari bahwa mereka menemukan banyak perbedaan seperti cerita di atas.
  2. Terima apa adanya pasanganmu, sikapnya, sifatnya, temperamennya, karakternya. Dengan mulai menerimanya bahkan sering terjadi perubahan ke arah perbaikan.
  3. Kita tidak bisa merubah pasangan dengan mencela, menuntut, mengomelinya, mengungkit-gungkit kekurangannya. Penerimaan itu perlu, bahkan salah satu kebutuhan dasar seorang manusia. Penerimaan membuat orang merasa bahagia. Dan dari sikap hati bahagia justru muncul perbuatan-perbuatan yang simpatik.
  4. Alkitab mengajarkan bahwa, menikah untuk menjadi satu dan bukan untuk menjadi sama. Menikah untuk saling melengkapi sehingga gambar Allah menjadi lengkap dalam dua pribadi yang disatukan.

Jangan jadikan kecantikan dan kegantengan seseorang jadi the”FIRST ONE” tapi yang terpenting dari semua itu adalah seseorang yang engkau kasihi benar-benar mengasihi Tuhan Yesus, sehingga apapun masalah pada pasanganmu, dia tetap mencintai dan mengasihimu apa adanya. Siapapun orangnya, dia tetap berharga di mata Tuhan. Semoga diberkati dengan renungan ini.

10
Feb
14

TAK SELALU HARUS BERWUJUD

Suami saya adalah seorang yang sederhana, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus.

Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. “Mengapa?” tanya suami saya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan,” jawab saya. Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu?” Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya. “Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya berkata,”Saya akan memberikan jawabannya besok.”

Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan…

“Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.” Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk membacanya. “Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baik kamu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal.

“Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ‘aneh’. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami.”

“Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu.” “Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu.”

“Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati… Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir. “Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu.”

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.”Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu.” Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia.”

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya. Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya. Itulah cinta. Di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud “bunga”.

18
Mar
11

Sang Ikan

Seekor ikan Barracuda dimasukkan ke dalam sebuah akuarium berukuran sedang yang bagian tengahnya dipisahkan oleh sebuah kaca pembatas transparan.

Di sisi lain, ada banyak ikan kecil yang merupakan makanan kesukaan si Barracuda

Ketika lapar, berkali-kali ikan Barracuda mencoba untuk memangsa ikan kecil tersebut, namun usahanya selalu sia-sia karena terbentur kaca pembatas transparan tadi.

Setelah berminggu-minggu mencoba & tetap tidak berhasil, si Barracuda menyerah dengan menerima kenyataan bahwa perburuan ikan kecil tersebut hanya mengakibatkan kesakitan pada hidung & mulutnya.

Setelah itu kaca pembatas transparan tadi diangkat, apa yang terjadi?

Si Barracuda tetap pada sisinya, tidak bergerak ke arah ikan kecil.

Rasa lapar mulai terasa hebat, akan tetapi si Barracuda sepertinya tidak berusaha sekali pun untuk memangsa ikan-ikan kecil tersebut lagi.

Akhirnya, ia pun mati kelaparan padahal makanan kesukaanya tepat berada di depan hidungnya.

Pelajaran penting yang dapat disimpulkan & dapat kita ambil dari kisah Sang Ikan Barracuda ini adalah bahwa: “Masa lalu kita tidak sama dengan masa yang akan datang”

Hellen Keller pernah berkata: “Ketika satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka”

Tapi kita seringkali mengamati pintu yang tertutup itu terlalu lama, sehingga kita tidak melihat pintu lain yang terbuka.

JANGAN PERNAH PUTUS ASA

Sebab masa depan sungguh ada dan harapan kita tidak akan hilang.

Impian akan menjadi kenyataan, jika kita yakin dan mau berusaha untuk mewujudkannya.

Be Strong.
Miracle is Happening to All of Us.




Calender

April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Blog Stats

  • 109,590 hits

Authors

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 18 other subscribers

RSS Related Websites

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

Cara Cepat Cari Uang

lowongan kerja di rumah

Buy Text Link Easily

Earn money from your website/blog by, selling text links, banner ads - Advertisers can, buy links, from your blog for SEO. Get paid through PayPal

Web Hosting